Selasa, 12 Mei 2020
Jumat, 08 Mei 2020
Kamis, 07 Mei 2020
Rabu, 06 Mei 2020
Minggu, 03 Mei 2020
Sabtu, 02 Mei 2020
Jumat, 01 Mei 2020
Kamis, 30 April 2020
Senin, 27 April 2020
Minggu, 26 April 2020
Sabtu, 25 April 2020
Jumat, 24 April 2020
Kamis, 23 April 2020
Rabu, 22 April 2020
Selasa, 21 April 2020
Nama : Renita Putri Dwi Yasti
NPM : 8820118027
Mata Kuliah : Menulis Faktual
Teks Prosedur (Membuat Nasi Goreng Pete)
Bahan-bahan :
-Cabai merah sesuai selera
-Bawang merah 2 siung
-Bawang putih 2 siung
-Tomat 1/2 buah
-ketumbar 2 siung
-Pete
-Nasi
-Kecap
-Sawi
-Bumbu Penyedap
-Telur
Cara memasak:
- Terlebih dahulu cabai merah, bawang merah, bawang putih, ketumbar dan tomat dihaluskan degan cara diulek
-Potong Sawi kecil-kecil dan pete
-Lalu panaskan minyak dalam wajan hanya sedikit saja
-Masukan bumbu yang sudah diulek ke dalam wajan yang sudah panas tumis sampai matang
-Kemudian masukan telur hingga matang agar tidak bau amis lalu masukan sawi dan pete dicampur aduk
-Sesudah bumbu yang sudah tercampur matang masukan nasi
-Masukan bumbu penyedap agar terasa gurih lalu masukan kecap sesuai selera
-Setelah itu jadilah Nasi Goreng Pete yang super enak
NPM : 8820118027
Mata Kuliah : Menulis Faktual
Teks Prosedur (Membuat Nasi Goreng Pete)
Bahan-bahan :
-Cabai merah sesuai selera
-Bawang merah 2 siung
-Bawang putih 2 siung
-Tomat 1/2 buah
-ketumbar 2 siung
-Pete
-Nasi
-Kecap
-Sawi
-Bumbu Penyedap
-Telur
Cara memasak:
- Terlebih dahulu cabai merah, bawang merah, bawang putih, ketumbar dan tomat dihaluskan degan cara diulek
-Potong Sawi kecil-kecil dan pete
-Lalu panaskan minyak dalam wajan hanya sedikit saja
-Masukan bumbu yang sudah diulek ke dalam wajan yang sudah panas tumis sampai matang
-Kemudian masukan telur hingga matang agar tidak bau amis lalu masukan sawi dan pete dicampur aduk
-Sesudah bumbu yang sudah tercampur matang masukan nasi
-Masukan bumbu penyedap agar terasa gurih lalu masukan kecap sesuai selera
-Setelah itu jadilah Nasi Goreng Pete yang super enak
Senin, 20 April 2020
Minggu, 19 April 2020
Jumat, 17 April 2020
Kamis, 16 April 2020
Rabu, 15 April 2020
seperti biasa bangun pukul 5 subuh untuk mengambil air wudhu dan solat subuh lalu saya mengecek hp dan ternyata sudah ada tugas masuk mata kuliah Menulis Faktual. namun saya tidak langsung mengerjakannya karena masih pagi, terlebih dahulu saya membantu ibu memasak dan beres-beres rumah lalu mengerjakan tugas
Nama : Renita Putri Dwi Yasti
NPM : 8820118027
Mata Kuliah : Menulis Faktual
Dosen Pengampu : Dini Nurfajrin
Ningsih, S.Pd.,M.Pd
Pergi
ke Rumah Teman Dekat
Dua minggu yang lalu tepatnya pada
hari Kamis tanggal 2 April 2020 salah satu teman dekat laki-laki mengajakku ke
rumahnya untuk bersilaturahmi dengan keluarganya. Sebenarnya ia mengajak ke
rumah sudah dari pertama kita kenal namun saya menolak karena dipikiranku
adalah kita baru saja kenal satu bulan. Sebelumnya ia juga pernah silaturahmi
dengan keluarga saya datang ke Rumah dan menjemputku ke Stasiun. Terlebih dahulu
ia menjemput ke rumah pada pukul setengah 12 siang padahal janjinya itu ia akan
jemput pukul 10 dikarenakan bangun tidurnya siang jadi menjemputnya siang. Di perjalanan
kita berbincang-bincang apa saja yang membuat kita bahagia dan tidak terasa
sudah sampai ke rumahnya. Kedatangan saya disambut dengan ramah oleh orang
tuanya dan dijamu dengan baik. Setelah itu saya berbincang-bincang dengan orang
tuanya dengan pertanyaan yang sangat banyak dan ibunya pun menasehati saya dan
ia. Selama di rumahnya saya tidak bosan karena ibunya mengajak ngobrol terus
dikarenakan teman dekat saya malah tidur, dan mamahnya mengambil laptop agar
saya tidak bosan lalu menonton Drama Korea yang ada di laptopnya. Cuaca pada
saat itu sedang hujan jadi saya terhambat untuk pulang dengan hujan, tetapi
bapaknya menawarkan makan kepada saya dan saya pun makan bersamanya. Tepat pukul
5 sore hujan reda dan saya pulang diantarkan oleh ia.
Selasa, 14 April 2020
- Hari ini seperti biasanya bangun pagi-pagi untuk membantu mamah memasak dan beres-beres rumah. Diantaranya membereskan tempat tidur, sapu-sapu lingkungan sekitar rumah, mengepel dan mencuci baju. Setelah itu saya mengasuh keponakan satu-satunya dengan mengajak jalan-jalan sekitaran rumah ataupun ke rumah nenek
Senin, 13 April 2020
Pada hari Selasa tanggal 14 April tahun 2020 pagi-pagi saya bersama keponakan dan bibi berangkat ke Ciranjang untuk servis motor. Sepanjang perjalanan kami bernyanyi, mengobrol agar keponakanku tidak ngantuk. Sesampai di tempat servis motor kami duduk ditempat ruang tunggu yang disediakan di toko tersebut. Lumayan lama kami menunggu motornya kurang lebih satu setengah jam. Setelah itu kami membeli gula putih, makanan, minuman di toko Selamat dan keadaan Ciranjang pun ramai dengan orang banyak sepertinya tidak takut dengan virus yang sedang melanda Negara kita saat ini. Lalu kami pulang ke rumah dan langsung makan.
Rabu, 25 Maret 2020
Peranan R.A.A.Wiranatakusumah V Dalam
Penyebaran Tembang Sunda Cianjuran (Mamaos)
Di lingkungan
masyarakat Cianjur Dalem Pancaniti diyakini sebagai pelopor Tembang Sunda
Cianjuran. Dalem pancaniti merupakan bupati yang pemerintah cianjur dalam kurun
waktu 1834-1863. Dalem pancaniti merupakan nama panggilan karena nama resmi
Bupati Cianjur tersebut adalah R.AA.Kusamahningrat yang sewaktu kecil memiliki
nama Aom Hasan. Ia memegang jabatan bupati menggantikan kedudukan ayahnya, R.AA
Prawiradiredja yang memerintah Cianjur tahun 1813-1833. Meskipun sudah memegang
kedudukan sebagai bupati, namun rupanya R.A.A Kusumahningrat tidak mengikuti
kebiasaan R.A.A Prawiradiredja khususnya mengenai tempat tinggalnya. Selama
menjadi bupati, ia tidak pernah tinggal di pendopo atau padaleman, tetapi di
salah satu bangunan di dalam kompleks pendopo yang disebut Pancaniti. Oleh
karena itu, masyarakat Cianjur lebih mengenal dirinya dengan sebutan Kangjeng
Dalem Pancaniti. Di tempat inilah ia mencurahkan perhatiannya terhadap
kehidupan dan penghidupan kebudayaan terutama kesenian sunda. Dalem Pancaniti
memiliki bakat luar biasa dalam membuat tembang semata-mata tidak untuk
kepentingan kesenian, tetapi juga untuk kepentingan pribadinya. Manakala
dirinya ingin dengan istrinya yang tinggal di Dalem Pancaniti menulis tembang Pupuh Kinanti seperti contoh berikut:
Serat sayoga kahonjuk
Hing pangkon Dalem Dipati
Sesekar eros ermawar
Acina
gambir malati
Mustikaning pagulingan
Inten
komala retnadi
Engkan
dek aya piunjuk
Manawi
bahan katampi
Maksad engkan dek nepangan
Ka panutan sanubari
Mugi enggal diwalonan
Dianti di Pancaniti
Surat yang adinda baca
Adalah hati terdalam
Dalem Dipati
Bak bunga ros ermawar
Saripati gamabir melati
Mustika diperaduan Bak
intan memancarkan cahaya
Kakanda mempunyai
maksud
Semoga dapatditerima
Satu kata hanya ingin
bertemu
Dengan adinda yang
terkasih
Balaslah rasa cinta ini
ku menanti di Pancaniti
Sumber: Sukanda et al.,
1977: 62; Surianingrat, 1982: 140; Lubis, 1998: 241.
Foto
1 R.AA Kusumahningrat atau Dalem Pancaniti dan makamnya di Pasarean Agung
Cianjur
Contoh surat tersebut
memberikan gambaran kepada kita bahwa Dalem Pancaniti merupakan sosok yang
mempunyai selera estetika tinggi. Adanya kecenderungan mempunyai selera
estetika yang tinggi, dapat kita cermati dalam mengungkapkan rasa cinta
terhadap istrinya menggunakan tuturan gaya bahasa yang indah penuh simbol.
Disamping itu, melalui ungkapan surat terhadap istrinya yang sangat dikasihinya
tersebut mengisyaratkan bahwa Dalem Pancaniti juga sosok seorang lelaki yang
mempunyai etika yang tinggi pula. Dari dua aspek tersebut yakni rasa estetika
dan etika yang tinggi dapat kita interpretasikan bahwa Dalem Pancaniti adalah
seorang bupati yang sangat menyenangi dunia kesenian. Oleh karena itu, seni
pantun yang berkembang di Kabupaten Cianjur dari zaman Bupati Wira Tanu Datar I
sampai Bupati Wira Tanu Datar IV atau R.Aria Muchyidin (1776-1813) dan kesenian
tersebut menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat Cianjur Diakses
dari (Seni Mamaos, Diakses dari http://ngaos-mamaosmaenpo.cianjurkab. go.id/?page_id=2.
Tanggal 14 Maret 2010. Pukul 12.04 WIB). Ketika R.T Wiranagara memerintah
Cianjur (1830-1834) seni pantun mulai dilupakan oleh masyarakat Cianjur bahkan
menunjukkan kecenderungan punah. Kendati pun demikian, seni pantun itu masih
dikuasai secara baik oleh Raden Wasitaredja, saudara kandung Bupati R.A Wira
Tanu Datar VI. Oleh Dalem Pancaniti yang dibantu para seniman Padaleman antara
lain Raden Askaen Raden Djaya Uhi, Raden H. Abdul Palil dan Maing Buleng. Seni
pantun diolah lagi dan hasilnya menjadi seni mamaos, seni ini lebih halus aspek
bahasanya dibandingkan dengan seni pantun sehingga enak didengar. Berapa lagu
seni mamaos berhasil diciptakan oleh Dalem Pancaniti antara lain Layar Putri, Balagenjat, Degung Palangon,
Degung Kurawul dan Degung Wabango. Dari situlah seni mamaos diciptakan dan
menjadi bagian dari kehidupan social budaya kalangan menak Cianjur. Pada awal
penciptaannya seni mamaos memang tidak ditujukan sebagai wadah untuk memenuhi
hasrat berkeseniian masyarakat Cianjur, tetapi hanya untuk dilantunkan di dalam
Pendopo. Untaian kalimat dengan memakai bahasa Sunda yang sangat halus yang
terikat oleh aturan pupuh menjadi salah satu bentuk prestisius bagi para menak
manakala ia bisa melantunkan seni mamaos. Kelak dalam perkembangannya, seni
mamaos menjadi milik masyarakat Sunda
entah dari kalangan menak atau cacah. Ornament-ornamen lagu asal tembangnya itu
sendiri (lagu-lagu Jawa), mewarnai pula lagu-lagu rarancagan. Begitu juga
sumber inspirasi penciptaan bentuk lagunya sendiri diambil dari seni-seni
tersebut. Misalnya saja dari seni pantun tercipta Kinanti layar dari Kliningan
tercipta lagu-lagu antara lain Gunungsari, Rumiang, Papalayon, dan Karaton
dandari seni wayang golek tercipta lagu Pangasahan. Lagu-lagu rarancagan yang
tercipta pada zaman Dalem Pancaniti antara lain dalam laras pelog, yaitu
tembang Kinanti Layar (Kinanti), Sinom Tegal, Tegal Sari (Sinom), Asmarandana
Pancaniti (Asmarandana), dan Dangdanggula Pancaniti (Dangdanggula). Dalam laras
sorog tercipta beberapa tembang, yaitu Papalayon (Kinanti), Sinom Rancag, Sekar
Gambir, Sinom Pangrawit (Sinom), Embat-embat, Karaton, Asmarandana Papalayon,
Amarandana Pancaniti, Asmarandana Rancag, Eceng Gendot (Asmarandana)
Waledan,Pangasahan, Dangdanggula Pancaniti, dan Bergola (Dangdanggula) Dalem
Pancaniti pun berhasil menciptakan lagu degung instrumentalia yang dimainkan
dengan waditra kacapi. Ada dua belas degung instrumentalia yang diciptakan oleh
Dalem Pancaniti yaitu Kawitan, Suyung, Bangambarangsinanga, Jipang, Jipang
Karaton, Jipang Lontang, Jipang Padusunan, Paningron, Gendre, Kurawul, Lambang,
dan Putri Layar (lahirnya lagu Panambih Mamaos Cianjuran) Diakses
dari http://salman-yahya.blogspot.com/2012/03/aki-endu-pelopor-lagu-panambih-mamaos.html.
Tanggal (17 Maret 2020 Pukul 12:54 WIB).
Masa
kepemimpinan Dalem Prawiradiredja II dapat diperkirakan sebagai masa
pertumbuhan awal Tembang Sunda Cianjuran. Di samping itu, pada masa
kepemimpinannya pula, patut diduga bahwa Dalem Prawiradiredja telah banyak
menciptakan lagu-lagu Tembang Sunda Cianjuran yang tentu saja mendapat dukungan
dan bantuan penuh dari para seniman pendopo. Malah tidak sedikit para tokoh
seni Tembang Sunda Cianjuran yang berpendapat bahwa pada era Dalem
Prawiradiredja II inilah tumbuh serta berkembangnya seni Tembang Sunda
Cianjuran. Disamping itu, pada masa pemerintahannya pula jenis kesenian Sunda
lainnya mengalami pertumbuhan sehingga tidaklah berlebihan kalau dikatakan
bahwa saat itu dipandang sebagai masa-masa keemasan seni budaya Sunda. Di
antara lagu-lagu Tembang Sunda Cianjuran yang tercipta semasa Dalem
Prawiradiredja II yang diketahui antara lain : dalam laras pelog adalah Bayubud
dan Kentar Miring (Dangdanggula) Liwung, Ela-ela, dan Manangis (Sinom);dalam
laras sorog antara lain dalam pupuh Sinom yaitu Sinom Sawat, Satria ,Setra,
Kulu-kuli Barat; dan dalam pupuh Dangdanggula antara lain Telulare. Dalem
Prawiradiredja II pun berhasil menciptakan dua belas lagu degung instrumentalia
yaitu: Purwaganti, Ujung Lautan, Manintin, Kintil Bueuk, Mangu-Mangu, Palangon,
Wabango, Langensari, Papalayon, Palwa, Langgong, dan Lalayaran yang kemudian
menjadi sumber inspirasi bagi penciptaan wanda panambah dalam Diakses dari Tembang
Sunda Cianjuran (Lahirnya Lagu Panambih Mamaos Cianjuran. Diakses dari
http://salman-yahya.blogspot.com/2012/03/aki-endu-pelopor-lagu-panambih-mamaos.html.
Tanggal 17 Maret 2020 Pukul 13:12 WIB). Selain
terbentuknya lagu-lagu baru, seni Tembang Sunda Cianjuran terus berkembang dan
menyebar ke luar benteng pendopo. Prkembangannya, selain terjadi pada lagu-lagu
juga terjadi pada alat pengiring lagu-lagunya. Jumlah kawat kacarpi yang semula
hanya 5 kemudian 9 lalu 13 dan pada waktu Dalem Pacaniti telah menjadi 15 kawat
kemudian oleh Dalem Prawiradiredja II ditambahkan lagi 3 kawat sehingga menjadi
18 kawat. Penambahan ini disesuaikan dengan kebutuhan pola tabuh kacapi indung
terutama untuk mengiringi lagu-lagu dedegungan. Hal ini sejalan pula dengan
kesenangan Dalem Prawiradiredja II terhadap lagu-lagu gamelan degung yang
tabuhannya dialihkan kepada nada-nada kacapi indung. Selain itu, seni mamaos
tidak hanya diiringi oleh suara kacapi, tetapi juga oleh suara suling Diakses
dari (Tembang Cianjuran. Diakses dari http://situsarnes.blogspot.com/2012/03/
tembang-cianjur-an.html. Tanggal (17 Maret 2020 Pukul 13:27 WIB). Penyebaran
Tembang Sunda Cianjuran ke luar wilayah Kabupaten Cianjur secara efektif
terjadi pada saat jabatan Bupati Bandung dipegang oleh R.A.A WIranatakusumah V.
Sebelum menjabat Bupati ia terlebih dahulu memegang jabatan sebagai Bupati
Cianjur menggantikan R.Demang Natakusumah, Patih Cianjur yang diangkat sebagai
wakilbupati. Selama delapan tahun memerintah Cianjur R.A.A. WIranatakusumah V
mampu beradaptasi dengan lingkungan social budaya menak Cianjur sehingga dapat
memainkan peran sebagai pelindung seni mamaos. R.A.A Wiranatakusumah menjadi
Bupati Cianjur selama kurang lebih delapan tahun. Selama kurun waktu itu, ia
memiliki perhatian besar terhadap kesenian, khusunya terhadap mamaos. Ia tidak
menghapus tradisi mamaos sebagai salah satu bentuk kalangan para menak Cianjur.
Tetapi sebaliknya ia mampu menjadikan dirinya sebagai bagian dari tradisi
tersebut sehingga eksistensi seni mamaos dapat dipertahankan. Selain
mengapresiasi terhadap seni mamaos R.A.A Wiranatakusumah pun sangat menikmati
alunan music instrumentalia yang dimainkan oleh para nayaga degung kabupaten
yang dipimpin oleh Abah Idi. Nama perangkat degungnya, Pamagersari, selalu
dimainkan secara rutin di pendopo Kabupaten Cianjur (Dian Hendrayana.
Wiranatakusumah, Degung, dan Cianjuran. Diakses dari http://
newspaper.pikiran-rakyat.com/pr-print. php?mib=beritadetail&id=130076. Tanggal
(17 Maret 2020 Pukul 13:39 WIB). Kepeduliannya terhadap seni mamaos tidak bisa
dilepaskan dari keberhasilannya memajukan perekonomian masyarakat Cianjur,
khususnya di sector pertanian. Keberhasilannya mengakibatkan dirinya punya
waktu yang relative senggang karena tidak diganggu oleh persoalan-persoalan
perekonomian. Dalam konteks inilah kita bisa memahami bahwa iringan music yang
keluar dari Pamagersari merupakan symbol kebahagiaan atas keberhasilannya
memipin Kabupaten Cianjur. Tidak hanya itu, ia pun lantas menjadikan seni
mamaos sebagai bagian dari ungkapan rasa syukurnya karena di dalamnya
terkandung nilai estetika dan etika yang adiluhung. Ke adiluhung itu semakin
terasa manakala seni mamaos dilantunkan akan melahirkan keharuan dalam perasaan
karena disinggung memindahkan dirinya ke Bandung tahun 1920, untuk menggantikan
kedudukan R.A.A Martanagara dan kerap menghiasi pergelaran seni di Pendopo
Kabupaten Bandung di bawah pimpinan Abah Idi. Bahkan ia kemudian memerintahkan
para abdi dalemnya untuk membuat satu perangkat degung lagi yang kemudian
diberi nama Purbasasaka dan Para Narayaganya berada di bawah kepemimpinan Abah
Oyo (Dian Hendrayana. Wiranatakusumah, Degung, dan Cianjuran. Diakses dari
http://newspaper.
pikiran-rakyat.com/pr-print.php?mib=beritadetail&id=130076. Tanggal 17
Maret 2020 Pukul 13:50 WIB). Untuk
melestarikan sekaligus memperkenalkan seni mamaos kepada kalangan kaum menak
Bandung R.A.A Wiranatakusumah V pun memboyong R.Etje Madjid seorang seniman
mamaos terkemuka ke Bandung. Pada awal keberadaannya di Bandung, seni mamaos
masih dipertontonkan hanya di kalanganmenak. Para pejabat di lingkungan
Kabupaten Bandung pun menerima kehadiran seni mamaos dan tidak terkemuka pada
saat itu. Bersama-sama dengan suaminya, R.Emung Purawinata, Nyi Mas Saodah
kerap di panggil ke Pendopo untuk mempertontonkan keadi luhungan seni mamaos di
hadapan Bupati R.A.A Wiranatakusumah V Dian
Hendrayana. Wirana-takusumah, Degung, dan Cianjuran. Diakses
dari http://newspaper. pikiran-rakyat.com/pr-print.php?mib=
beritadetail&id=130076. Tanggal 17 Maret 2020 Pukul 13:59 WIB). Lambat
laun, seni mamaos mulai diperkenalkan kepada kalangan masyarakat biasa karena
menurut Wiranatakusumah eksistensi seni mamaos akan terjaga apabila masyarakat
luas merasa memilikinya. Pemikiran yang progresif inilah yang menghantarkan
seni mamaos keluar dari pendopo dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. R.A.A
Wiranatakusumah V memerintahkan R.Etje Madjid untuk mengajarkan seni mamaos
kepada setiap orang yang ingin mempelajari kesenian yang diciptakan oleh Dalem
Pancaniti itu. Selain itu, R.A.A Wiranatakusumah pun menjadikan seni mamaos
sebagai lagu penghormatan bagi setiap tamu agung yang berkunjung ke pendopo
Kabupaten Bandung Diakses dari (Dian Hendrayana. Wiranatakusumah, Degung, dan
Cianjuran. Diakses dari http://news paper.pikiranrakyat.com/pr-print.php?mib=beritadetail&id=130076.
Tanggal 17 Maret 2020 Pukul 14:05 WIB). Masyarakat ternyata menyambut positif
seni mamaos itu sehingga tidak sedikit yang ingin mempelajari kesenian itu.
Dari sinilah seni mamaos kemudian berkembang di tengah-tengah masyarakat biasa.
Hal itu bisa dilihat dari suatu kenyataan bahwa pada 1920-an, di Bandung kerap
kali diselenggarakan kongkur mamaos yakni suatu aktivitas lazimnya sebuah
festival atau pasanggiri yang kerap kita temui pada masa sekarang. Kegiatan
tersebut dapat dijadikan sebagai indicator bagi perkembangan seni mamaos di
Kabupaten Bandung. Dengan perkataan lain R.A.A Wiranatakusumah telah berhasil
menjadikan seni mamaos sebagai kekayaan budaya Sunda yang dimiliki oleh setiap
masyarakat tanpa dibedakan oleh status sosialnya. Dengan demikian, jelaslah
kiranya peranan R.A.A Wiranatakusumah dalam menyebarkan seni mamaos ke luar
wilayah Cianjur. Atas usahanya itu, seni mamaos yang tadinya diciptakan untuk
konsumsi para menak menjadi kekayaan budaya Sunda yang berkembang di
tengah-tengah kehidupan masyarakat tanpa memperhatikan status sosialnya. Seni
mamaos yang tadinya dianggap sebagai milik kaum menak, atas usaha R.A.A
Wiranatakusumah V itu menjadi milik masyarakat Sunda. Selain itu, setelah
diterima sebagai bagian dari kehidupan social budaya masyarakat Sunda. Istilah
mamaos kemudian diganti menjadi Cianjuran atau lengkapnya Tembang Sunda
Cianjuran atas usul M.A Salman tahun 1932 melalui siaran NIROM. Nama tersebut kemudian disahkan dalam
Musyawarah Tembang Sunda Cianjuran tahun 1962 yang diselenggarakan di Bandung.
Rabu, 18 Maret 2020
Nama : Renita Putri Dwi Yasti
NPM :8820118027
Tingkat/Semester: 2/4
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Menulis
Dosen Pengampu : Aan Hasanah, S.Pd., M.Pd
NGAMUMULE
BUDAYA SUNDA 2020
Himpunan
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia (HIMADIKSI) menggelar acara “Ngamumule
Budaya Sunda” setiap tahunnya. Acara ini digelar agar masyarakat tidak
melupakan budayanya yang sangat baik. Keunggulan acara tahun sekarang daripada
tahun sebelumnya lebih banyak yang mendaftar perlombaan ke acara ini bahkan ada
yang dari luar kota misalnya Bogor,Sukabumi, Purwakarta. Sudah direncanakan
dari awal acara akan dilaksanakan pada tanggal 16-21 Maret 2020 dan diakhiri
dengan Seminar Kebudayaan. Namun acara ini ditunda terlebih dahulu karena
seperti yang kita ketahui terdapat surat edaran dari KEMENDIKBUD bahwa dari
tanggal 16-30 Maret 2020 tidak boleh ada kegiatan yang di luar rumah untuk
mencegah Virus Corona (COVID19) di daerah Cianjur. Dari pihak panitia belum
berdiskusi kembali dengan Pimpinan Prodi kapan acara Ngamumule Budaya Sunda ini
akan dilaksanakan.
Menurut
Nisa Purwita sebagai Ketua Pelaksana Ngamumule Budaya Sunda “Saya memaknai
acara Ngamumule Budaya Sunda itu sebagai ajang untuk saya melatih
mental,keberanian,public speaking dalam hal yang membuat orang lain percaya
terhadap saya. Dan mau membantu dalam acara sebab ibaratnya, dalam suatu
organisasi itu ketua itu ibaratnya seorang supir dimana saat penumpangnya
percaya maka penumpang akan nyaman dan tidak bertindak tapi kita nya saat dapat
kepercayaan dari penumpang maka penumpang tersebut akan turun, tidak nyaman melakukan hal-hal
yang tidak baik.” jelasnya
Tentunya
dalam acara Ngamumule Budaya Sunda 2020 ini memiliki tema yang pastinya harus
berunding terlebih dahulu dengan panitia dan Pimpinan Prodi. Setelah ada
persetujuan dari Pimpinan Prodi Ketua Pelaksana dan panitia berdiskusi tentang
tema acara ini. Nisa Purwita mengatakan “untuk tema sebetulnya kita sudah
mengajukan beberapa tema tapi tema yang gunakan itu saat ini diajukan oleh
salah satu Dosen Pengampu untuk acara Ngamumule Budaya Sunda itu yaitu “Sadia,Satia,Sajiwa Ngamumule Budaya Sunda” .
dimana tema ini itu sudah kita diskusikan dengan Dosen,Panitia,Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) se Kabupaten Cianjur dimana kita mengambil tema Sadia,Satia,Sajiwa Ngamumule Budaya Sunda
yang memiliki arti Sadia yang artinya bersedia, kita sebagai masyarakat kita
bersedia untuk melestarikan budaya intinya kesana yang kedua Satia artinya
setia , setia terhadap kebudayaan yang sudah ada yang nantinya akan memiliki
jiwa Sajiwa , pemuda-pemuda Cianjur memiliki jiwa yang sama untuk melestarikan
budaya-budaya leluhur yang sekarang bisa kita lihat semakin terpikis oleh
kemajuan zaman”. Paparnya
Dalam
mengadakan acara ini adapun persiapan yang dilakukan oleh panitia “Persiapan
yang dilakukan oleh panitia untuk menggelar acara Ngamumule Budaya Sunda kami
sudah melakukan persiapan itu sekitar bulan Januari dimana Badan Pengurus
Harian dari pada Ngamumule, Badan Pengurus Harian HIMADIKSI sudah beberapa kali
berunding membahas mengenai acara Ngamumule Budaya Sunda ini diantaranya itu
seperti menyiapkan persuratan lebih awal, membuat sebuah proposal pengajuan
lebuh awal dsb. Kami sudah menyiapkan segalanya dari awal mungkin setelah membuat
persuratan itu kami melakukan kerjasama dengan Guru MGMP Bahasa Sunda se
Kabupaten Cianjur dan membuat sebuah perjanjian untuk 5 tahun kedepan. Dimana
acara Ngamumule ini itu menjadi ajang untuk kita mahasiswa dengan Guru Mata
Pelajaran di sekolah itu menjadi lebih dekat dan memudahkan kita dalam acara,
semakin banyak orang yang membantu terhadap acara maka acar itu akan sukses
mungkin setelah itu sudah penandatangan untuk mendapatkan perizinan kita fokus
untuk menyebar surat ke sekolah-sekolah karena kita juga kan mengadakan sebuah
perlombaan dimana pesertanya itu siswa siswi sekolah SMP, SMA jadi kita itu
menyebarkan surat ke sekolah-sekolah. Setelah itu kita mulai fokus untuk
mencari dana khusus yaitu yang sangat penting memang dari awal kita sudah merencanakan
dari bulan Januari pula dana kita sudah mencari dana, terus mempersiapkan
materi kira-kira pemateri dalam seminar itu siapa yang cocok. Untuk yang
terakhir di bulan Febuari kita lebih kepematangan konsep dimana pematangan
konsep itu kita fokus untuk runtutan acara mulai dari pembukaan,perlombaan,
penutupan kita lebih di matangkan agar tidak ada kesalahan-kesalahan yang
merugikan.” Jelasnya
Adapun
perlombaan-perlombaan dalam acara Ngamumule Budaya Sunda setiap tahunnya berbeda, keistimewaan dari
perlombaan tahun ini panitia menambahkan perlombaan Aksara Sunda. Diantaranya ada
perlombaan Maca Sajak untuk SMP/SMA Sederajat, Pupuh untuk SMP/SMA Sederajat,
Aksara Sunda untuk SMP/SMA Sederajat, Biantara untuk SMP/SMA Sederajat, Dongeng
untuk SMP/SMA Sederajat. Diakhir acara Ngamumule Budaya Sunda ini panitia
mengadakan Seminar Kebudayaan dengan mengundang pemateri ada yang dari luar
Cianjur adapun dari lingkungan Cianjur tersebut. Pemateri tersebut ialah ibu
Chye Retty Imender (Penulis Karya Sastra Sunda), Aa Oni SOS (Budayawan Sunda),
dan ibu Imas Rohilah, M.Pd (Ketua MGMP Bahasa Sunda se Kabupaten Cianjur). Ketika
wawancara saya menanyakan kepada Husni mengapa setiap tahunnya selalu diadakan
seminar?. Husni sebagai Wakil Ketua Pelaksana mengatakan “ ketika saya
mengajukan untuk adanya perubahan tapi malah di tolak, tadinya saya ingin
mengganti acara seminar oleh konser musik, yang dimana bintang tamunya itu
sunda woles atau yang lain, tetapi tidak disetujui” ujarnya
Kamis, 05 Maret 2020
SEJARAH IKHTISAR DIRI SENDIRI
Hallo perkenalkan nama saya Renita Putri Dwi Yasti akan menceritakan sejarah ikhtisar kehidupan dari mulai lahir sampai berusia 20 tahun dan alhamdulillah saya masuk perguruan tinggi swasta yang tidak jauh dengan rumah. Saya lahir di Subang tanggal 19 Januari tahun 2000 kebetulan saat itu ayah sedang bertugas di Bataliyon Subang, hanya saya saja yang lahir di Subang maka dari itu sampai sekarang suka diledek sama orang tua . Pada saat bayi kata Ayah dan Ibu setiap jam 5 sore sampai jam 7 malam selalu nangis terus karena itulah saya suka diledek sama orang tua maupun keluarga dengan sebutan “Anak Kucing”. Ayah dan Ibu berusaha mencari informasi untuk kesembuhan ke tetangga-tetangga yang ada di asrama itu, dan akhirnya ada salah satu tetangga mengajak orang tua saya ke salah satu tempat untuk menyembuhkannya. Dan disana saya di gendong sama ibu di atas sumur tua, setelah itu di kasih ati ayam dan diamanati oleh orang yang menyembuhkan untuk makan di dalam angkot sampai rumah harus habis padahal masih bayi sekitar 1 atau 2 bulan dan alhamdulillah semenjak dari sana saya sehat dan tidak nangis terus.
Alamat rumah di Kampung Harjalaksana RT 01 RW 09 Desa Neglasari Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur .Tinggal bersama kedua orang tua , kakak perempuan yang bernama Rena Novianti S.Pd beliau juga salah satu alumni Universitas Suryakancana Cianjur Prodi Bahasa Indonesia, sebelum menikah beliau juga pernah menjadi guru di salah satu sekolah yang ada di Ciranjang yang bernama MA ALFASSALAM semenjak menikah dan mempunyai anak beliau tidak menjadi guru karena perintah dari suaminya sendiri untuk mengurus anak dulu dan kalau sudah besar pasti kakak juga akan mendaftar CPNS atau melamar menjadi guru di sekitar Bandung. Dan saya tinggal bersama adik perempuan yang bernama Adzra Tri Nasyah Putri dia kelas VIII. Pekerjaan ayah adalah TNI-AD dan bertugas di Koramil Bojongpicung. Sebelumnya, pernah bertugas di Koramil Cibeber sekitar 2 tahunan, ayah juga pernah ke Timor Leste selama 1 tahun, Aceh 2 tahun di beri tugas oleh pimpinan tentara. Saya merasa bahagia punya ayah seorang tentara karena tentara membantu Negara Indonesia menjadi merdeka. Pekerjaan ibu selain menjadi ibu rumah tangga menjadi kepala sekolah PAUD Mentari di sekitar Bojongpicung.
Hallo perkenalkan nama saya Renita Putri Dwi Yasti akan menceritakan sejarah ikhtisar kehidupan dari mulai lahir sampai berusia 20 tahun dan alhamdulillah saya masuk perguruan tinggi swasta yang tidak jauh dengan rumah. Saya lahir di Subang tanggal 19 Januari tahun 2000 kebetulan saat itu ayah sedang bertugas di Bataliyon Subang, hanya saya saja yang lahir di Subang maka dari itu sampai sekarang suka diledek sama orang tua . Pada saat bayi kata Ayah dan Ibu setiap jam 5 sore sampai jam 7 malam selalu nangis terus karena itulah saya suka diledek sama orang tua maupun keluarga dengan sebutan “Anak Kucing”. Ayah dan Ibu berusaha mencari informasi untuk kesembuhan ke tetangga-tetangga yang ada di asrama itu, dan akhirnya ada salah satu tetangga mengajak orang tua saya ke salah satu tempat untuk menyembuhkannya. Dan disana saya di gendong sama ibu di atas sumur tua, setelah itu di kasih ati ayam dan diamanati oleh orang yang menyembuhkan untuk makan di dalam angkot sampai rumah harus habis padahal masih bayi sekitar 1 atau 2 bulan dan alhamdulillah semenjak dari sana saya sehat dan tidak nangis terus.
Alamat rumah di Kampung Harjalaksana RT 01 RW 09 Desa Neglasari Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur .Tinggal bersama kedua orang tua , kakak perempuan yang bernama Rena Novianti S.Pd beliau juga salah satu alumni Universitas Suryakancana Cianjur Prodi Bahasa Indonesia, sebelum menikah beliau juga pernah menjadi guru di salah satu sekolah yang ada di Ciranjang yang bernama MA ALFASSALAM semenjak menikah dan mempunyai anak beliau tidak menjadi guru karena perintah dari suaminya sendiri untuk mengurus anak dulu dan kalau sudah besar pasti kakak juga akan mendaftar CPNS atau melamar menjadi guru di sekitar Bandung. Dan saya tinggal bersama adik perempuan yang bernama Adzra Tri Nasyah Putri dia kelas VIII. Pekerjaan ayah adalah TNI-AD dan bertugas di Koramil Bojongpicung. Sebelumnya, pernah bertugas di Koramil Cibeber sekitar 2 tahunan, ayah juga pernah ke Timor Leste selama 1 tahun, Aceh 2 tahun di beri tugas oleh pimpinan tentara. Saya merasa bahagia punya ayah seorang tentara karena tentara membantu Negara Indonesia menjadi merdeka. Pekerjaan ibu selain menjadi ibu rumah tangga menjadi kepala sekolah PAUD Mentari di sekitar Bojongpicung.
Rabu, 26 Februari 2020
Mengamati Seekor Capung di dalam Kereta
Hari itu adalah hari yang sangat tidak
menyenangkan karena teman yang sudah dipercaya dan baik tiba-tiba dia tidak bertanya ataupun bertutur sapa dengan saya mungkin dia lebih nyaman dengan teman yang lain karena berteman denganku tidak sering untuk bermain. Berjalannya dengan waktu kegiatan yang biasanya saya lalui dengannya sudah tidak terjadi lagi. Tak apa teman masih banyak bukan hanya dia yang masih ingin menjadi teman saya dan bisa menerima sifat yang kekanak-kanakan. Pulang dari kampus selalu menaiki kereta dan tiba-tiba pada saat duduk terdengar suara seperti lebah di atas kepala saya tetapi itu bukanlah lebah ternyata capung yang sudah tidak sanggup untuk terbang. Di situlah saya merasa tidak kesepian karena ada yang menemani saat duduk walaupun dengan hewan yang kecil tapi itu sangat menghibur.
Capung atau sibar sibar adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa odonata kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra dewasa anak-anaknya capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil meskipun ada beberapa jenis yang agak besar memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum dan hinggap dengan sayap sayap tertutup tegak menyatu di atas punggungnya.
Hari itu adalah hari yang sangat tidak
menyenangkan karena teman yang sudah dipercaya dan baik tiba-tiba dia tidak bertanya ataupun bertutur sapa dengan saya mungkin dia lebih nyaman dengan teman yang lain karena berteman denganku tidak sering untuk bermain. Berjalannya dengan waktu kegiatan yang biasanya saya lalui dengannya sudah tidak terjadi lagi. Tak apa teman masih banyak bukan hanya dia yang masih ingin menjadi teman saya dan bisa menerima sifat yang kekanak-kanakan. Pulang dari kampus selalu menaiki kereta dan tiba-tiba pada saat duduk terdengar suara seperti lebah di atas kepala saya tetapi itu bukanlah lebah ternyata capung yang sudah tidak sanggup untuk terbang. Di situlah saya merasa tidak kesepian karena ada yang menemani saat duduk walaupun dengan hewan yang kecil tapi itu sangat menghibur.
Capung atau sibar sibar adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa odonata kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra dewasa anak-anaknya capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil meskipun ada beberapa jenis yang agak besar memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum dan hinggap dengan sayap sayap tertutup tegak menyatu di atas punggungnya.
Langganan:
Postingan (Atom)